Oleh Nury Kadir
ARTIKEL yang lepas telah diceritakan bagaimana cara Rasulullah SAW berjalan seakan-akan bumi berlipat untuknya. Namun untuk kali ini kita akan bercerita pula tentang makan tetapi sandarannya masih lagi pada hadis Rasulullah SAW.
Tentu ramai yang pernah dengar ungkapan …’makan bila lapar berhenti sebelum kenyang’. Ungkapan itu popular apabila menyentuh mengenai makan dan diet, ramai yang mengaitkan sebagai sunnah Rasulullah SAW.
Sebenarnya ungkapan itu bukanlah petikan hadis Nabi Muhammad SAW. Menurut Ibnu Baz, makna ungkapan itu benar namun sanadnya daif (seperti mana yang telah dicatatkan di dalam kitab Zaadul Ma’ad dan Al-Bidayah Wan Nihayah). Penerangannya, makan hingga kenyang yang tidak membahayakan masih dibolehkan.
Ada beberapa kisah yang boleh diambil iktibar berkenaan makan hingga kenyang yang berlaku semasa zaman Rasulullah SAW. Para sahabat pernah makan sampai kenyang namun menghindari makan hingga terlalu kenyang.
Terdapat hadis, ketika Perang Khandaq, Jabir bin Abdillah al-Anshari mengundang Rasulullah SAW untuk memakan daging sembelihannya yang kecil ukurannya berserta sedikit roti gandum. Kemudian Rasulullah SAW mengambil sepotong roti dan daging lalu Baginda memanggil sepuluh sahabat yang lain untuk masuk dan makan. Mereka pun makan hingga kenyang kemudian keluar. Lalu, dipanggil sepuluh orang yang lain dan demikian seterusnya.
Sementara dalam satu hadis yang lain…’Dan suatu hari, Nabi SAW menghidangkan susu pada Ahlus Shuffah (salah seorangnya Abu Hurairah). Setiap seorang minum sampai puas, baru mengembalikan gelasnya kepada Abu Hurairah. Setelah semua minum, kemudian Rasulullah SAW mengambil gelas itu lalu Baginda melihat ke arah Abu Hurairah sambil tersenyum.
Rasulullah SAW berkata, “Minumlah.” Maka Abu Hurairah duduk dan minum. Rasulullah SAW berkata lagi, “Minumlah.” Abu Hurairah meminumnya lagi. Dan, Nabi SAW berkali-kali menyuruh Abu Hurairah minum. Abu Hurairah terus minum hingga akhirnya dia berkata, “Tidak, demi Zat yang mengutusmu dengan kebenaran! Perut saya tidak muat lagi.” Kemudian Nabi SAW mengambil susu yang tersisa dan meminumnya.’
Menurut Ibnu Baz, semua itu boleh dijadikan dalil bolehnya makan sampai kenyang dan puas yang sewajarnya selama mana ia tidak membahayakan berdasarkan kisah para sahabat yang disebutkan di atas (sumber-ibnbaz.org)
Adapun Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi dalam Minhajul Muslim mengatakan, “Saya tidak mengetahui siapa yang mengeluarkan riwayat tersebut, sepertinya itu hanya atas daripada sahabat dan bukan hadis nabawi.”
Ada beberapa hadis Rasulullah SAW yang betul-betul menyebut mengenai makan, antaranya; Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah anak cucu Adam mengisi bekas yang lebih buruk dari perutnya. Sebenarnya beberapa suap saja sudah cukup untuk menegakkan tulang rusuknya. Kalau dia harus mengisinya maka sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman dan sepertiga lagi untuk bernafas.” (Hadis riwayat Ahmad, at-Tirmidzi dan Ibnu Majah. At-Tirmidzi mengatakan hadis ini hasan)
Maksudnya, jangan makan banyak, makanlah sekadar untuk memberi tenaga dan menguatkan badan untuk beribadat dan bekerja. Makanlah sekadar untuk hidup. Sebenarnya makan itu adalah sekadarnya, dalam jumlah yang sangat minimum pun sudah mencukupi.
Disebutkan juga dalam hadis yang lain, daripada Ibnu Umar, Rasulullah SAW bersabda, “Seorang mukmin makan dengn satu perut, sementara orang kafir makan dengan tujuh perut.” (Hadis riwayat Bukhari & Muslim, at-Tirmidzi, Ahmad dan Ibnu Majah)
Kemungkinan besar daripada hadis tersebut timbulnya kefahaman, “Kita (Muslimin) adalah kaum yang hanya makan bila lapar dan berhenti makan sebelum kenyang.” Dari segi maknanya, ungkapan itu benar namun ada ulama hadis yang berpendapat ia bukan hadis, sebaliknya hanya percakapan para sahabat.
Jadi, untuk para wanita yang ingin makan maka makanlah seadanya. Makan dengan cara yang sederhana sekadar cukup untuk menghilang rasa lapar. Mulakannya dengan niat yang baik, makan untuk sihat, makan untuk ada tenaga beribadat dan melakukan tugasan harian.
(Artikel akan datang kita akan sambung mengenai kunyah makanan 40 kali baru ditelan. Betulkah?)
NURY Kadir, ialah penulis untuk ruangan Agama Ladybosz. Beliau juga adalah bekas editor Majalah Al-Islam.